Taksentuh

terlihat namun tak tersentuh
Sambil menunggu jawaban, ketika gula sudah terlanjur bercampur kedalam dua cangkir Kopi panas malam itu, tidak ada lagi yang dapat kuhirup dan hembuskan karena kabarnyapun mentah kudapatkan, sampai degup jantung ini tak lagi senada dengan hembusan nafasmu, meringkuk tertusuk dingin karena hati semakin terkontaminasi oleh cerita tentang mata yang sulit terpejam
Tergeletak, membuka bahu dan lengan namun tidak berarti memasung fikiran…
Kabut turun dari lereng-lereng bukit kerinduan lalu berkelana demi mencari berita, sampai diantara riak-riak pelangi, Mentari mulai mencair….angin telah membeku….desahan tak lagi terdengar, sampai akhirnya aku yang akan menghilang, Demi waktu yang kuhabiskan tanpa sia-sia, demi genggaman yang mungkin memang telah terlepas…demi semua ini, Bacalah….andai kau merasakan apa yang aku rasakan, tetaplah tegar, tetaplah bersamaku…. jangan terpejam
Terbungkus rapi, namun tersirat dahan itu masih tertunduk ke arahku lalu tercium aroma yang sangat aku kenal, Walau tercemar warna kelabu dan hitam dini hari itu, namun aku yakin kamu tau maksud tulisanku…, Tentang semua ini lalu tentang cerita betapa sunyi telah menyayat pada dinding bayangan maya’ku, Namun jangan diratapi, sungguh…selembar daun itu lebih kuat dari apa yang kita bayangkan, Mungkin sudah suratan burung-burung terbang ke utara, demi manangkis kutukan dari sang peri pagi hari
Maafkan bila duri-duri mawarku telah robek telapak tanganmu lalu terkoyak, Lupakan mengapa riwayat berakhir, namun jangan abaikan lentera yang selalu tepati janjinya pada setap senja itu, Tiga jam menunggu kisah tragis demi membuktikan, tak selamanya ribuan bintang berkedip lalu berpijar…..aku, Seperti menatap dari ketinggian, seperti saat bumi berhenti berguncang dan seperti terbangun dari mimpi yang panjang, Seperti itulah yang disampaikan embun yang menetes tanpa buktikan apa-apa,…
Bagaimana dengan janji esok hari…?
Mungkin hanya akan ada kegilaan, atau mungkin memang sudah dilupakan
Biarkan, biar waktu yang menjawab, mengapa terlalu dalam guratan-guratan ini terukir…
Tak tersentuh

Kasih sepanjang Hayat

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pu menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui. "Kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Tidak ada kasih dan cinta yang lebih dari segalanya selain kasih dan cinta seorang ibu untuk anaknya. Ibumu akan berbuat apa saja untuk melindungi dan menolong engkau saat dalam bahaya"."Sekali lagi, kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Esok mungkin terlambat"

Kasih Ibu Tiada Tara

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

Suatu hari, dia dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman pancung. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa dirubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan pancung. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugas  lonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul dan menggantikannya dengan kepalanya membentur di dinding lonceng.

Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng, agar lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman pancung anaknya.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung menyaksikan tubuh ibunya terbujur bersimbah darah. Penyesalan selalu datang terlambat!

Pembaca yang budiman,

Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Betapun jahat si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sadari pula suatu hari nanti, kitapun akan menjadi orang tua dari anak-anak kita,  yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orang tua.

Bila hidup diantara keluarga ataupun sebagai sesama manusia jika kita bisa saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan

Kasih Sayang Ibu Yang Tidak Terhargai



Jalannya sudah ter-titih2, karena usianya sudah lebih
dari 70 th, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia
bisa dan mau keluar
rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia
harus tinggal
dirumah jompo, karena kehadirannya tidak di-inginkan.
Masih teringat
olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan
melahirkan putrinya tsb.
Ayah dari anak tsb minggat setelah menghamilinya tanpa mau
bertanggung jawab
atas perbuatannya.
Disamping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan
bayi yg belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yg hamil
sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir
dari rumah orang tuanya. Selain aib yg harus di tanggung, ia pun harus
bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan
putrinya, tidak ada seorang pun yg mendampinginya. Ia tidak mendapatkan
kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, ia dapatkan hanya
cemohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapak.
Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yg didapatkannya dari
Tuhan dimana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan
memberikan seluruh kasih sayang yg ia miliki hanya untuk putrinya seorang,
oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih. Siang ia harus bekerja
berat di pabrik dan diwaktu malam hari ia harus menjahit
sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yg ia bisa dapatkan.
Terkadang ia harus menjahit s/d jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari
itu adalah sesuatu kemewahan yg tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu
Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua
agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yg tercinta.
Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada
suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali
kepadanya, disamping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak
mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yg
seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri
ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai
pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yg tercinta, hanya yg
terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian s/d makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca diluaran sangat dingin
sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia
telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk
putrinya, tetapi ternyata uang yg telah dikumpulkannya belum mencukupinya.
Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran
dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia
tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.
Sejak saat tsb ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya
terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan
hanya yg terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi
dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja,
selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yg tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan
studinya diluar kota. Disana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak
dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia
masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh
ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yg bekerja hanya
sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku
kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun
hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak di undang,
bahkan kehadirannya tidaklah di inginkan. Ia duduk di sudut kursi paling
belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan
memberkati putrinya yg tercinta. Sejak saat itu ber-th2 ia tidak mendengar
kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi
putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah
melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali
mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu.
Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya,
tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya.
Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu dgn anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia
melamar dgn menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga
putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan
diperbolehkan bekerja disana. Dirumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong
cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi
pembantu dari keluarga tsb. Ia merasa berterima kasih
sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.
Dirumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinyada daripada
dirinya sendiri. Disamping itu sering sekali di bentak dan dimaki oleh putri
dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa
sambil menangis di dlm kamarnya yg kecil dibelakang dapur. Ia berdoa agar
Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak
dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu
dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja ber-th2 sebagai babu tanpa ada orang yg mengetahui siapa
dirinya dirumah tsb, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja
lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yg setia ini
sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah
jompo. Puluhan th ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dgn putri
kesayangannya. Uang pension yg ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung
untuk putrinya, dgn pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.
Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi,
tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia
merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yg ia dambakan
sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat
putrinya sekali lagi. Disamping itu ia ingin memberikan seluruh uang
simpanan yg ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.
Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat dibawah nol dan salujupun turun dgn
lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah
lagi, karena diluaran sangat dingin, tetapi Nene tua ini tetap memaksakan
diri untuk pergi kerumah putrinya. Ia ingin betemu dgn putrinya sekali lagi
yg terakhir kali. Dgn tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu
datangnya bus ber-jam2 diluaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak
rumah jompo tempat dimana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu
perjalanan yg jauh dan tidak mudah bagi seorang nene tua yg berada dlm keadaan sakit.
Setiba dirumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah
putrinya dan ternyata purtinya sendiri yg membukakan pintu rumah gedong
dimana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yg diucapkan putrinya?
Apakah rasa bahagia bertemu kembali dgn ibunya? Tidak! Bahkan ia di tegor:
“Kamu sudah bekerja dirumah kami puluhan th sebagai pembantu, apakah kamu
tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah
pintu dibelakang rumah!”
“Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan
hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yg
terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena diluaran dingin
sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!” kata wanita
tua itu. “Maaf saya tidak ada waktu, disamping itu sebentar lagi kami akan
menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali
mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!” ucapan
putrinya dgn nada kesal. Setelah itu pintu di tutup dgn keras. Ia mengusir
ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang
pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih belas kesianpun tidak ada.
Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau
pinjam telepon dirumah putrinya “Maaf Bu, mengganggu,bolehkah kami pinjam
teleponnya sebentar untuk menelpon kekantor polisi, sebab dihalte bus di
depan ada seorang nene meninggal dunia, rupanya ia matikedinginan!” Wanita
tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga
perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang
putrinya yg tercinta yg tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yg buta aksara,
tetapi untuk mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yg paling hebat, dimana
s/d detik ini mang Ucup masih bisa belajar dari padanya. Belajar memberikan
dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas. Ibunya mang Ucup
menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya
menelpon Ibu, pertanyaan standard selalu diajukan kepada saya: “Apa yg Ibu
bisa bantu untukmu nak?” Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dlm doanya,
yg ia utamakan selalu hanyalah kami anak2nya! Ia selalu
mendoakan kami siang dan malam.
Maka dari itulah untuk mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yg tercantik
sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja
terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia untuk th 1999.
Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dgn penuh
kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam
sehari bagi anak2nya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada
perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan
ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari2 tertentu.
Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita
hanya pada waktu hari Ibu saja ” sedangkan di hari2 lainnya tidak pernah
mengingatnya, boro2 memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya
waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau
memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada
jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.
Renungkanlah:
Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu?
Kapan kita terakhir mengundang Ibu?
Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2?
Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis
dgn ucapan terima kasih kepada Ibu kita?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat,karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi

Kasih sayang ibu

“Cucianmu sudah ibu cuci, Ni!” Kata ibuku ketika aku baru saja sampai di rumah. Aku segera beranjak memasuki kamarku dan melihat tempat cucian kotorku sudah kosong. Ah ibu, aku berusaha pulang cepat hari ini agar aku bisa mencuci baju-baju kotorku. ”Ibu tahu, kamu pasti lelah”. Aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah renta ibuku.Diusianya yang lewat setengah abad, ibuku termasuk wanita yang sehat. Beliau masih mampu mencuci baju semua anggota keluarga. Bukan berarti kami malas mengerjakannya tapi karena ibuku punya kebiasaan unik yaitu tidak bisa melihat barang-barang kotor. Tangannya langsung bergerak membereskan apa saja yang tidak sedap dipandang.
“Apa ibu nggak cape jika tiap hari selalu beres-beres, aku menggaji orang saja ya biar ibu bisa istirahat” kataku suatu hari. Ibu memandangku, ”Kamu nggak suka ya kalau bajumu ibu cucikan”. ”Aku sayang sama ibu, aku nggak tega melihat ibu bekerja keras tiap hari”, aku berusaha membujuknya untuk menerima saranku. ”Ibu senang kalau diusia ibu sekarang, ibu masih mampu mengurusmu, mencucikan pakaianmu dan adikmu atau menyiapkan sarapanmu tiap pagi”. Yah..aku tak pernah lupa, jika hari libur kantorku hari sabtu dan minggu, ibu selalu menyiapkan nasi goreng daun mengkudu dan telor ceplok kesukaanku.
Aku ingat sebuah pepatah ”Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu” . Aku termenung sendirian dikamarku, diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakannya. Pernah suatu kali, aku membelikan pakaian untuknya, tapi ibuku malah balik bertanya “Kamu sendiri beli nggak? Kalau kamu nggak beli, baju ini untuk kamu saja. Baju ibu masih banyak kok”, ibuku tak mau menerima. Esoknya aku beli baju lagi agar ibu mau menerima pemberianku.
“Ibu sudah bahagia melihat anak-anak ibu berhasil” kata beliau suatu kali ketika aku menanyakan apa yang bisa aku perbuat untuk membuatnya bahagia. ”Melihat kamu dan kakak-kakakmu bisa mencari uang sendiri dan kamu bisa rukun dengan saudara-saudaramu, itulah kebahagian ibu” Aku teringat kakak-kakaku, alhamdulillah mereka semua sudah mempunyai penghasilan sendiri, hanya adikku yang masih kuliah.
Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat . Apapun yang sudah kita buat belum apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang telah diberikan pada kita.Ya Alloh , curahkan kasih sayang-Mu pada kedua orang tuaku, teramat khusus untuk ibu. Allahummaghfirlanaa wali-waalidainaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiiraa. Amiin
Untuk Ibunda tercinta, I always love you.

Pengorbanan Cinta dan Kehidupan

…Setiap perjalanan selalu menyisahkan banyak cerita…
“The mountains tell you, quite ruthlessly, who you are, and what you are. Mountaineering is a game where you can’t cheat …, more than that, what’s important is your determination cool nerves, and knowing how to make the right choice”. (Reinhold Messner).
Pernakah anda menonton film Vertical Limit? Film yang diawali dengan cerita tentang sebuah keluarga yang sama-sama menyukai memanjat tebing, namun berakhir tragis dengan kematian sang ayah dan beberapa pemanjat lainnya. Dimana sang ayah sendiri, (Royce Garret) mati ditangan pisau sang anak, (Peter Garret) yang dipaksa oleh ayahnya sendiri untuk memotong tali agar pengaman tali mampu menaham beban sehingga keduanya (Peter Garret dan adiknya Anne) masih bisa bertahan hidup. Pengaman tali tersebut tidak mampu untuk menahan beban mereka semua sehingga harus dikurangi. Untuk menghargai hidup maka sebahagian harus rela mengorbangkan hidupnya.
Sekilas tindakan tersebut tampak berlebihan dan sukar dipercaya, mungkin dianggap hanya terjadi di dunia fiksi. Bagaimana ego pribadi, kerja sama tim dan usaha manusia untuk mempertahankan hidupnya. Bagaimana pengorbanan dan CINTA dimaknai dengan berbagai cara dalam kehidupan. Sebuah cerita yang sukar dipahami.
Seperti cerita nyata berikut ini tentang sebuah pengorbanan dalam tim. Bagaimana mereka mengharga kehidupan, dan melepaskan ego pribadi demi kelompok (tim) sebuah kisah dramatis yang menggugah. Dikutip dari Zona Petualang
Kisah dramatis di bulan Agustus 1953. Beberapa bulan setelah Everest didaki untuk pertama kalinya oleh Edmund Hillary (Selandia Baru) dan Tenzing Norgay (Nepal), sebuah tim Amerika sedang berupaya mencapai puncak kedua tertinggi dunia, K2 (8611 m) yang ketika itu masih perawan. Menjadi yang pertama berdiri di puncak K2 tentu merupakan ambisi tim beranggotakan tujuh orang yang dipimpin oleh Charles Houston itu.
Sampai hari keenam, seluruh aktifitas pendakian masih berlangsung dengan relatif normal. Namun pada hari ketujuh, dalam sebuah pendakian tanpa bantuan tabung oksigen, mereka mulai terperangkap oleh keganasan alam di Abruzzi Ridge pada ketinggian 7620 m. Salah satu anggota tim, Art Gilkey, roboh akibat deep venous thrombosis (pembekuan darah) dan diikuti oleh pulmonary embolism (emboli paru-paru). Menyadari Gilkey akan terbunuh bila tidak segera dibawa turun, mereka lalu membungkusnya dengan sleeping bag dan berusaha menurunkannya melalui tebing batu dan es yang berbahaya di tengah hantaman badai dahsyat K2.
Ketika berusaha menyeberangi (traverse) tumpukan salju, George Irving Bell terpeleset dan menarik Tony Streather yang kemudian menimpa tali yang menghubungkan Charles Houston dan Bob Bates. Bates dan Houston lalu menarik tali yang menghubungkan  Dee Molenaar ke Gilkey. Mujurnya, Peter K. Schoening, masih bisa dengan cepat, kuat dan penuh skill menancapkan kapak esnya di salju. Upayanya tersebut berhasil menahan laju jatuh teman-temanya meskipun ia masih tengah melakukan belay terhadap Gilkey dalam upaya traverse ke camp VII.
Sesaat setelah itu seluruh anggota tim yang terjatuh berupaya melakukan scrambling ke atas untuk mencari tempat aman. Namun mereka segera menyadari bahwa Gilkey yang tadinya masih dapat berkontak suara dengan mereka dan berada dalam sleeping bag yang tergantung aman oleh back up 2 buah kapak es, telah menghilang dari dalam sleeping bag nya.
Mereka menduga, Gilkey berupaya mengurangi beban saat hidup kelima kawannya hanya bergantung pada kapak es Schoening yang sedang mem-belay dirinya yang sedang sakit. Ia telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan hidup keenam kawannya yang sedang berada dalam bahaya!
Jasad Gilkey ditemukan nanti 40 tahun kemudian di dasar dinding selatan (South Face) K2. Peristiwa ini diceritakan dalam buku K2 — The Savage Mountain yang ditulis oleh dua anggota tim saat itu,  Charles Houston, M.D. dan Robert Bates. Kisah tragis yang belakangan dikenal dengan “The Belay” ini menjadi salah satu peristiwa paling terkenal dalam sejarah pendakian gunung.  Perhatian tim terhadap Gilkey yang sakit, kecakapan Schoening dalam bertindak dan pengorbanan Gilkey untuk hidup kawan-kawan se-tim-nya, tak pelak lagi, telah menginspirasi banyak orang dalam memahami lebih jauh tentang kepentingan kelompok dikaitkan dengan kepentingan pribadi dalam sebuah tim dan menunjukkan hubungan yang harmonis dari setiap elemen pada tim tersebut.
Sebuah tindakan heroik dalam suatu tim, bagaimana berbuat dan mengambil keputusan dengan cepat dalam usaha untuk menyelamatkan Gilkey ditengah hantaman badai salju, dan bagaimana Gilkey mengorbangkan dirinya demi keselamatan teman-temannya (walaupun hanya dugaan). Semua rela berkorban untuk keselamatan teman-temannya (tim), bagaimana manusia bisa memperluas batas-batas kemampuannya termasuk melampaui batas-batas egonya.
Cerita nyata yang menarik dari perjalanan 58 tahun yang lalu. Tim yang utama dan keselamatanlah yang terpenting. Kehidupan manusia sangatlah berharga, tak bisa diukur dengan apapun apalagi hanya dengan kalkulasi untung rugi (materi) lalu menggadaikan nyawa banyak orang.

Tidak ada Cinta tanpa pengorbanan

Untuk Cintaku…
Saya percaya, bahwa manusia itu mahluk yang sangat kompleks. Kebutuhannya macam-macam. Dari makan, minum, bermain, diakui, punya teman, punya adik, punya kakak, menjadi murid, menjadi guru, menjadi imam, menjadi makmum. Dan semua kebutuhan ini terkadang terjadi saat bersamaan. Lalu pertanyaannya, bagaimana memenuhi semua kebutuhan ini.
Manusia juga sangat aneh, dia bisa bosan, dia bisa kesepian, bisa tertawa, senang. Manusia tidak selamanya ingin senang, kadang ia ingin merasakan sedih, duka, berkorban, menderita demi orang lain, menderita demi orang yang dicintainya. Coba bayangkan kalau kita menjadi ‘programmer manusia’. Bagaimana memprogram ‘perasaan’ manusia yang sangat kompleks ini.
Banyak logika-logika yang tidak bekerja pada manusia. Logikanya kalau ditekan, manusia bisa stress dan gila misalnya. Tapi ada juga dan mungkin banyak tipikal manusia yang kalau dia ditekan justru dia akan menjadi kreatif. Mungkin, perasaan, jiwa manusia adalah bagian yang paling sulit dibentuk dari seorang manusia. Ajaib sekali.
Cinta, merupakan komponen yang paling aneh dari semua perasaan yang manusia miliki. Cinta bisa mengubah segalanya. Cinta yang luas, mencangkup segalanya. Cinta itu pengorbanan, dan tidak ada Cinta tanpa pengorbanan. Justru kekuatan Cinta yang terbesar adalah pengorbanan. Sampek Eng Tay, Romeo and Juliet adalah gambaran betapa Cinta dapat mendorong manusia untuk melakukan hal-hal besar dalam hidup ini.
Pertanyaan selanjutnya, kepada siapakah cinta ini diberikan.
Dua minggu yang lalu cinta ini diberikan pada keluargaku di Cirebon. Idul Fitri memberikan kesempatan buatku untuk bertemu mereka. Menatap kedua orang tua, kakak dan adik dengan perasaan bahagia. Keluarga di Purwokerto, Malang, Jakarta dan semua dimana darah ini bertalian. Bahagia rasanya bisa memberikan kontribusi untuk mereka
Satu minggu yang lalu cinta ini diberikan pada teman-teman kampusku. Kubatalkan semua janji malam itu. Aku ingin bertemu mereka. Rasanya sudah lama sekali, padahal bulan puasa itu pun kami sudah bertemu. Lebih 15 orang yang hadir. dan kemarin sekali lagi kami bertemu di Pancoran. Bahagia rasanya, ini pasti Cinta karena aku berani mengorbankan segalanya untuk hadir dalam acara tersebut.
Dan hari ini cinta diberikan pada kekasihku yang sedang sakit perut. Orang yang didatangkan Tuhan dari langit untuk menemani hidupku. Dan aku yakin itu Cintaku.
Kembali tentang Cinta, Cinta memang berarti pengorbanan. Tapi Cinta selalu memberi, memberi ketenangan saat bisa berkumpul dengan teman-teman. Memberi kebahagiaan saat bisa memotivasi adik kelas dikampus. Memberi senyuman saat didoakan oleh saudara-saudara nun jauh disana. Diberikan tanggung jawab, diberikan Cinta. Duh bahagianya hidup ini dengan Cinta. Bahagianya saat bisa menjadi guru, saat menjadi murid, saat menjadi kakak dan adik, bapak dan anak dalam saat yang bersamaaan. Indahnya Cinta.
-Anjar, curi-curi waktu jam kantor-
PS: Sebenarnya tulisan ini untuk mengungkapkan perasaanku pada kekasihku, pada teman-teman kampusku, pada teman-teman sekolahku, dan semua yang selalu membuat mengerti makna Cinta. Sulit membahasakan Cinta memang…

Diberdayakan oleh Blogger.

waktu