Taksentuh

terlihat namun tak tersentuh
Sambil menunggu jawaban, ketika gula sudah terlanjur bercampur kedalam dua cangkir Kopi panas malam itu, tidak ada lagi yang dapat kuhirup dan hembuskan karena kabarnyapun mentah kudapatkan, sampai degup jantung ini tak lagi senada dengan hembusan nafasmu, meringkuk tertusuk dingin karena hati semakin terkontaminasi oleh cerita tentang mata yang sulit terpejam
Tergeletak, membuka bahu dan lengan namun tidak berarti memasung fikiran…
Kabut turun dari lereng-lereng bukit kerinduan lalu berkelana demi mencari berita, sampai diantara riak-riak pelangi, Mentari mulai mencair….angin telah membeku….desahan tak lagi terdengar, sampai akhirnya aku yang akan menghilang, Demi waktu yang kuhabiskan tanpa sia-sia, demi genggaman yang mungkin memang telah terlepas…demi semua ini, Bacalah….andai kau merasakan apa yang aku rasakan, tetaplah tegar, tetaplah bersamaku…. jangan terpejam
Terbungkus rapi, namun tersirat dahan itu masih tertunduk ke arahku lalu tercium aroma yang sangat aku kenal, Walau tercemar warna kelabu dan hitam dini hari itu, namun aku yakin kamu tau maksud tulisanku…, Tentang semua ini lalu tentang cerita betapa sunyi telah menyayat pada dinding bayangan maya’ku, Namun jangan diratapi, sungguh…selembar daun itu lebih kuat dari apa yang kita bayangkan, Mungkin sudah suratan burung-burung terbang ke utara, demi manangkis kutukan dari sang peri pagi hari
Maafkan bila duri-duri mawarku telah robek telapak tanganmu lalu terkoyak, Lupakan mengapa riwayat berakhir, namun jangan abaikan lentera yang selalu tepati janjinya pada setap senja itu, Tiga jam menunggu kisah tragis demi membuktikan, tak selamanya ribuan bintang berkedip lalu berpijar…..aku, Seperti menatap dari ketinggian, seperti saat bumi berhenti berguncang dan seperti terbangun dari mimpi yang panjang, Seperti itulah yang disampaikan embun yang menetes tanpa buktikan apa-apa,…
Bagaimana dengan janji esok hari…?
Mungkin hanya akan ada kegilaan, atau mungkin memang sudah dilupakan
Biarkan, biar waktu yang menjawab, mengapa terlalu dalam guratan-guratan ini terukir…
Tak tersentuh

Kasih sepanjang Hayat

"Bisa saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Dokter yang menungguinya segera berbalik memandang ke arah luar jendela rumah sakit. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga! Waktu membuktikan bahwa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk. Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh." Anak lelaki itu tumbuh dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Ia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan, "Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya. Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang dokter yang bisa mencangkokkan telinga untuknya. "Saya percaya saya bisa memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendonorkan telinganya," kata dokter. Kemudian, orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mau mengorbankan telinga dan mendonorkannya pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenal telah bersedia mendonorkan telinganya padamu. Kami harus segera mengirimmu ke rumah sakit untuk dilakukan operasi. Namun, semua ini sangatlah rahasia." kata sang ayah. Operasi berjalan dengan sukses. Seorang lelaki baru pun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kejeniusan. Ia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian ia pu menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya." Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau takkan bisa membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu." Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahasia ini." Tahun berganti tahun. Kedua orangtua lelaki itu tetap menyimpan rahasia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu menyibaknya sehingga tampaklah bahwa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali bisa memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyadari bahwa ia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?" Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang bisa terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui. "Kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Tidak ada kasih dan cinta yang lebih dari segalanya selain kasih dan cinta seorang ibu untuk anaknya. Ibumu akan berbuat apa saja untuk melindungi dan menolong engkau saat dalam bahaya"."Sekali lagi, kasihilah ibumu selagi ia masih hidup. Esok mungkin terlambat"

Kasih Ibu Tiada Tara

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya. Suaminya sudah lama meninggal karena sakit. Sang ibu sering meratapi nasibnya memikirkan anaknya yang mempunyai tabiat sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mabuk, dan melakukan tindakan-tindakan negatif lainnya. Ia selalu berdoa memohon, "Tuhan, tolong sadarkan anak yang kusayangi ini, supaya tidak berbuat dosa lagi. Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati." Tetapi, si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya.

Suatu hari, dia dibawa kehadapan raja untuk diadili setelah tertangkap lagi saat mencuri dan melakukan kekerasan di rumah penduduk desa. Perbuatan jahat yang telah dilakukan berkali-kali, membawanya dijatuhi hukuman pancung. Diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan di depan rakyat desa keesokan harinya, tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi.

Berita hukuman itu membuat si ibu menangis sedih. Doa pengampunan terus dikumandangkannya sambil dengan langkah tertatih dia mendatangi raja untuk memohon anaknya jangan dihukum mati. Tapi keputusan tidak bisa dirubah! Dengan hati hancur, ibu tua kembali ke rumah.

Keesokan harinya, di tempat yang sudah ditentukan, rakyat telah berkumpul di lapangan pancung. Sang algojo tampak bersiap dan si anak pun pasrah menyesali nasib dan menangis saat terbayang wajah ibunya yang sudah tua.

Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Namun setelah lewat lima menit dari pukul 06.00, lonceng belum berdentang. Suasana pun mulai berisik. Petugas  lonceng pun kebingungan karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tibatiba dari tali lonceng itu mengalir darah. Seluruh hadirin berdebar-debar menanti, apa gerangan yang terjadi? Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah. Dia memeluk bandul dan menggantikannya dengan kepalanya membentur di dinding lonceng.

Si ibu mengorbankan diri untuk anaknya. Malam harinya dia bersusah payah memanjat dan mengikatkan dirinya ke bandul di dalam lonceng, agar lonceng tidak pernah berdentang demi menghindari hukuman pancung anaknya.

Semua orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata. Sementara si anak meraung-raung menyaksikan tubuh ibunya terbujur bersimbah darah. Penyesalan selalu datang terlambat!

Pembaca yang budiman,

Kasih ibu kepada anaknya sungguh tiada taranya. Betapun jahat si anak, seorang ibu rela berkorban dan akan tetap mengasihi sepenuh hidupnya. Maka selagi ibu kita masih hidup, kita layak melayani, menghormati, mengasihi, dan mencintainya. Perlu kita sadari pula suatu hari nanti, kitapun akan menjadi orang tua dari anak-anak kita,  yang pasti kita pun ingin dihormati, dicintai dan dilayani sebagaimana layaknya sebagai orang tua.

Bila hidup diantara keluarga ataupun sebagai sesama manusia jika kita bisa saling menghargai, menyayangi, mencintai, dan melayani, niscaya hidup ini akan terasa lebih indah dan membahagiakan

Kasih Sayang Ibu Yang Tidak Terhargai



Jalannya sudah ter-titih2, karena usianya sudah lebih
dari 70 th, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia
bisa dan mau keluar
rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia
harus tinggal
dirumah jompo, karena kehadirannya tidak di-inginkan.
Masih teringat
olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan
melahirkan putrinya tsb.
Ayah dari anak tsb minggat setelah menghamilinya tanpa mau
bertanggung jawab
atas perbuatannya.
Disamping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan
bayi yg belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yg hamil
sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahakannya, oleh sebab itu ia diusir
dari rumah orang tuanya. Selain aib yg harus di tanggung, ia pun harus
bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan
putrinya, tidak ada seorang pun yg mendampinginya. Ia tidak mendapatkan
kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, ia dapatkan hanya
cemohan, karena telah melahirkan seorang bayi haram tanpa bapak.
Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yg didapatkannya dari
Tuhan dimana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan
memberikan seluruh kasih sayang yg ia miliki hanya untuk putrinya seorang,
oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih. Siang ia harus bekerja
berat di pabrik dan diwaktu malam hari ia harus menjahit
sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yg ia bisa dapatkan.
Terkadang ia harus menjahit s/d jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari
itu adalah sesuatu kemewahan yg tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu
Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua
agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yg tercinta.
Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada
suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali
kepadanya, disamping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.
Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak
mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yg
seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri
ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai
pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yg tercinta, hanya yg
terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian s/d makanan.
Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca diluaran sangat dingin
sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia
telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk
putrinya, tetapi ternyata uang yg telah dikumpulkannya belum mencukupinya.
Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran
dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia
tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja.
Sejak saat tsb ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya
terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan
hanya yg terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi
dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja,
selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yg tercinta.
Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan
studinya diluar kota. Disana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak
dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia
masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh
ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yg bekerja hanya
sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku
kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.
Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun
hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak di undang,
bahkan kehadirannya tidaklah di inginkan. Ia duduk di sudut kursi paling
belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan
memberkati putrinya yg tercinta. Sejak saat itu ber-th2 ia tidak mendengar
kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi
putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah
melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali
mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu.
Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya,
tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya.
Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan
kesempatan untuk melihat dan bertemu dgn anak dan cucunya, karena
keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia
melamar dgn menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga
putrinya. Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan
diperbolehkan bekerja disana. Dirumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong
cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai bibi
pembantu dari keluarga tsb. Ia merasa berterima kasih
sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.
Dirumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan
binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinyada daripada
dirinya sendiri. Disamping itu sering sekali di bentak dan dimaki oleh putri
dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa
sambil menangis di dlm kamarnya yg kecil dibelakang dapur. Ia berdoa agar
Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak
dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu
dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.
Setelah bekerja ber-th2 sebagai babu tanpa ada orang yg mengetahui siapa
dirinya dirumah tsb, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja
lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yg setia ini
sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah
jompo. Puluhan th ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dgn putri
kesayangannya. Uang pension yg ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung
untuk putrinya, dgn pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.
Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi,
tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia
merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yg ia dambakan
sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat
putrinya sekali lagi. Disamping itu ia ingin memberikan seluruh uang
simpanan yg ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.
Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat dibawah nol dan salujupun turun dgn
lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah
lagi, karena diluaran sangat dingin, tetapi Nene tua ini tetap memaksakan
diri untuk pergi kerumah putrinya. Ia ingin betemu dgn putrinya sekali lagi
yg terakhir kali. Dgn tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu
datangnya bus ber-jam2 diluaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak
rumah jompo tempat dimana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu
perjalanan yg jauh dan tidak mudah bagi seorang nene tua yg berada dlm keadaan sakit.
Setiba dirumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah
putrinya dan ternyata purtinya sendiri yg membukakan pintu rumah gedong
dimana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yg diucapkan putrinya?
Apakah rasa bahagia bertemu kembali dgn ibunya? Tidak! Bahkan ia di tegor:
“Kamu sudah bekerja dirumah kami puluhan th sebagai pembantu, apakah kamu
tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah
pintu dibelakang rumah!”
“Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan
hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yg
terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena diluaran dingin
sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!” kata wanita
tua itu. “Maaf saya tidak ada waktu, disamping itu sebentar lagi kami akan
menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali
mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!” ucapan
putrinya dgn nada kesal. Setelah itu pintu di tutup dgn keras. Ia mengusir
ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang
pengemis. Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih belas kesianpun tidak ada.
Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau
pinjam telepon dirumah putrinya “Maaf Bu, mengganggu,bolehkah kami pinjam
teleponnya sebentar untuk menelpon kekantor polisi, sebab dihalte bus di
depan ada seorang nene meninggal dunia, rupanya ia matikedinginan!” Wanita
tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga
perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang
putrinya yg tercinta yg tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.
Ibu saya tidak melek komputer, bahkan beliau seorang wanita yg buta aksara,
tetapi untuk mang Ucup pribadi beliau adalah wanita yg paling hebat, dimana
s/d detik ini mang Ucup masih bisa belajar dari padanya. Belajar memberikan
dan membagikan kasih tanpa pamrih dan tanpa lagas. Ibunya mang Ucup
menderita sakit kanker, tetapi ia tidak pernah mengeluh. Tiap kali saya
menelpon Ibu, pertanyaan standard selalu diajukan kepada saya: “Apa yg Ibu
bisa bantu untukmu nak?” Ia tidak memohon untuk dirinya sendiri dlm doanya,
yg ia utamakan selalu hanyalah kami anak2nya! Ia selalu
mendoakan kami siang dan malam.
Maka dari itulah untuk mang Ucup, Ibu saya adalah wanita yg tercantik
sejagat raya, melebihi daripada Michael Preifer walaupun ia barusan saja
terpilih oleh majalah People sebagai wanita tercantik sedunia untuk th 1999.
Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dgn penuh
kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga.
Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam
sehari bagi anak2nya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada
perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun.
Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan
ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari2 tertentu.
Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita
hanya pada waktu hari Ibu saja ” sedangkan di hari2 lainnya tidak pernah
mengingatnya, boro2 memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya
waktu. Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau
memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada
jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah.
Renungkanlah:
Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu?
Kapan kita terakhir mengundang Ibu?
Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan2?
Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis
dgn ucapan terima kasih kepada Ibu kita?
Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita? Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat,karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi

Kasih sayang ibu

“Cucianmu sudah ibu cuci, Ni!” Kata ibuku ketika aku baru saja sampai di rumah. Aku segera beranjak memasuki kamarku dan melihat tempat cucian kotorku sudah kosong. Ah ibu, aku berusaha pulang cepat hari ini agar aku bisa mencuci baju-baju kotorku. ”Ibu tahu, kamu pasti lelah”. Aku hanya bisa tersenyum memandangi wajah renta ibuku.Diusianya yang lewat setengah abad, ibuku termasuk wanita yang sehat. Beliau masih mampu mencuci baju semua anggota keluarga. Bukan berarti kami malas mengerjakannya tapi karena ibuku punya kebiasaan unik yaitu tidak bisa melihat barang-barang kotor. Tangannya langsung bergerak membereskan apa saja yang tidak sedap dipandang.
“Apa ibu nggak cape jika tiap hari selalu beres-beres, aku menggaji orang saja ya biar ibu bisa istirahat” kataku suatu hari. Ibu memandangku, ”Kamu nggak suka ya kalau bajumu ibu cucikan”. ”Aku sayang sama ibu, aku nggak tega melihat ibu bekerja keras tiap hari”, aku berusaha membujuknya untuk menerima saranku. ”Ibu senang kalau diusia ibu sekarang, ibu masih mampu mengurusmu, mencucikan pakaianmu dan adikmu atau menyiapkan sarapanmu tiap pagi”. Yah..aku tak pernah lupa, jika hari libur kantorku hari sabtu dan minggu, ibu selalu menyiapkan nasi goreng daun mengkudu dan telor ceplok kesukaanku.
Aku ingat sebuah pepatah ”Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu” . Aku termenung sendirian dikamarku, diusiaku yang beranjak dewasa, aku merasa belum pernah sekalipun membahagiakannya. Pernah suatu kali, aku membelikan pakaian untuknya, tapi ibuku malah balik bertanya “Kamu sendiri beli nggak? Kalau kamu nggak beli, baju ini untuk kamu saja. Baju ibu masih banyak kok”, ibuku tak mau menerima. Esoknya aku beli baju lagi agar ibu mau menerima pemberianku.
“Ibu sudah bahagia melihat anak-anak ibu berhasil” kata beliau suatu kali ketika aku menanyakan apa yang bisa aku perbuat untuk membuatnya bahagia. ”Melihat kamu dan kakak-kakakmu bisa mencari uang sendiri dan kamu bisa rukun dengan saudara-saudaramu, itulah kebahagian ibu” Aku teringat kakak-kakaku, alhamdulillah mereka semua sudah mempunyai penghasilan sendiri, hanya adikku yang masih kuliah.
Kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang hayat . Apapun yang sudah kita buat belum apa-apa dibandingkan dengan kasih sayang ibu yang telah diberikan pada kita.Ya Alloh , curahkan kasih sayang-Mu pada kedua orang tuaku, teramat khusus untuk ibu. Allahummaghfirlanaa wali-waalidainaa warhamhumaa kamaa rabbayanii shaghiiraa. Amiin
Untuk Ibunda tercinta, I always love you.

Pengorbanan Cinta dan Kehidupan

…Setiap perjalanan selalu menyisahkan banyak cerita…
“The mountains tell you, quite ruthlessly, who you are, and what you are. Mountaineering is a game where you can’t cheat …, more than that, what’s important is your determination cool nerves, and knowing how to make the right choice”. (Reinhold Messner).
Pernakah anda menonton film Vertical Limit? Film yang diawali dengan cerita tentang sebuah keluarga yang sama-sama menyukai memanjat tebing, namun berakhir tragis dengan kematian sang ayah dan beberapa pemanjat lainnya. Dimana sang ayah sendiri, (Royce Garret) mati ditangan pisau sang anak, (Peter Garret) yang dipaksa oleh ayahnya sendiri untuk memotong tali agar pengaman tali mampu menaham beban sehingga keduanya (Peter Garret dan adiknya Anne) masih bisa bertahan hidup. Pengaman tali tersebut tidak mampu untuk menahan beban mereka semua sehingga harus dikurangi. Untuk menghargai hidup maka sebahagian harus rela mengorbangkan hidupnya.
Sekilas tindakan tersebut tampak berlebihan dan sukar dipercaya, mungkin dianggap hanya terjadi di dunia fiksi. Bagaimana ego pribadi, kerja sama tim dan usaha manusia untuk mempertahankan hidupnya. Bagaimana pengorbanan dan CINTA dimaknai dengan berbagai cara dalam kehidupan. Sebuah cerita yang sukar dipahami.
Seperti cerita nyata berikut ini tentang sebuah pengorbanan dalam tim. Bagaimana mereka mengharga kehidupan, dan melepaskan ego pribadi demi kelompok (tim) sebuah kisah dramatis yang menggugah. Dikutip dari Zona Petualang
Kisah dramatis di bulan Agustus 1953. Beberapa bulan setelah Everest didaki untuk pertama kalinya oleh Edmund Hillary (Selandia Baru) dan Tenzing Norgay (Nepal), sebuah tim Amerika sedang berupaya mencapai puncak kedua tertinggi dunia, K2 (8611 m) yang ketika itu masih perawan. Menjadi yang pertama berdiri di puncak K2 tentu merupakan ambisi tim beranggotakan tujuh orang yang dipimpin oleh Charles Houston itu.
Sampai hari keenam, seluruh aktifitas pendakian masih berlangsung dengan relatif normal. Namun pada hari ketujuh, dalam sebuah pendakian tanpa bantuan tabung oksigen, mereka mulai terperangkap oleh keganasan alam di Abruzzi Ridge pada ketinggian 7620 m. Salah satu anggota tim, Art Gilkey, roboh akibat deep venous thrombosis (pembekuan darah) dan diikuti oleh pulmonary embolism (emboli paru-paru). Menyadari Gilkey akan terbunuh bila tidak segera dibawa turun, mereka lalu membungkusnya dengan sleeping bag dan berusaha menurunkannya melalui tebing batu dan es yang berbahaya di tengah hantaman badai dahsyat K2.
Ketika berusaha menyeberangi (traverse) tumpukan salju, George Irving Bell terpeleset dan menarik Tony Streather yang kemudian menimpa tali yang menghubungkan Charles Houston dan Bob Bates. Bates dan Houston lalu menarik tali yang menghubungkan  Dee Molenaar ke Gilkey. Mujurnya, Peter K. Schoening, masih bisa dengan cepat, kuat dan penuh skill menancapkan kapak esnya di salju. Upayanya tersebut berhasil menahan laju jatuh teman-temanya meskipun ia masih tengah melakukan belay terhadap Gilkey dalam upaya traverse ke camp VII.
Sesaat setelah itu seluruh anggota tim yang terjatuh berupaya melakukan scrambling ke atas untuk mencari tempat aman. Namun mereka segera menyadari bahwa Gilkey yang tadinya masih dapat berkontak suara dengan mereka dan berada dalam sleeping bag yang tergantung aman oleh back up 2 buah kapak es, telah menghilang dari dalam sleeping bag nya.
Mereka menduga, Gilkey berupaya mengurangi beban saat hidup kelima kawannya hanya bergantung pada kapak es Schoening yang sedang mem-belay dirinya yang sedang sakit. Ia telah mengorbankan dirinya sendiri untuk menyelamatkan hidup keenam kawannya yang sedang berada dalam bahaya!
Jasad Gilkey ditemukan nanti 40 tahun kemudian di dasar dinding selatan (South Face) K2. Peristiwa ini diceritakan dalam buku K2 — The Savage Mountain yang ditulis oleh dua anggota tim saat itu,  Charles Houston, M.D. dan Robert Bates. Kisah tragis yang belakangan dikenal dengan “The Belay” ini menjadi salah satu peristiwa paling terkenal dalam sejarah pendakian gunung.  Perhatian tim terhadap Gilkey yang sakit, kecakapan Schoening dalam bertindak dan pengorbanan Gilkey untuk hidup kawan-kawan se-tim-nya, tak pelak lagi, telah menginspirasi banyak orang dalam memahami lebih jauh tentang kepentingan kelompok dikaitkan dengan kepentingan pribadi dalam sebuah tim dan menunjukkan hubungan yang harmonis dari setiap elemen pada tim tersebut.
Sebuah tindakan heroik dalam suatu tim, bagaimana berbuat dan mengambil keputusan dengan cepat dalam usaha untuk menyelamatkan Gilkey ditengah hantaman badai salju, dan bagaimana Gilkey mengorbangkan dirinya demi keselamatan teman-temannya (walaupun hanya dugaan). Semua rela berkorban untuk keselamatan teman-temannya (tim), bagaimana manusia bisa memperluas batas-batas kemampuannya termasuk melampaui batas-batas egonya.
Cerita nyata yang menarik dari perjalanan 58 tahun yang lalu. Tim yang utama dan keselamatanlah yang terpenting. Kehidupan manusia sangatlah berharga, tak bisa diukur dengan apapun apalagi hanya dengan kalkulasi untung rugi (materi) lalu menggadaikan nyawa banyak orang.

Tidak ada Cinta tanpa pengorbanan

Untuk Cintaku…
Saya percaya, bahwa manusia itu mahluk yang sangat kompleks. Kebutuhannya macam-macam. Dari makan, minum, bermain, diakui, punya teman, punya adik, punya kakak, menjadi murid, menjadi guru, menjadi imam, menjadi makmum. Dan semua kebutuhan ini terkadang terjadi saat bersamaan. Lalu pertanyaannya, bagaimana memenuhi semua kebutuhan ini.
Manusia juga sangat aneh, dia bisa bosan, dia bisa kesepian, bisa tertawa, senang. Manusia tidak selamanya ingin senang, kadang ia ingin merasakan sedih, duka, berkorban, menderita demi orang lain, menderita demi orang yang dicintainya. Coba bayangkan kalau kita menjadi ‘programmer manusia’. Bagaimana memprogram ‘perasaan’ manusia yang sangat kompleks ini.
Banyak logika-logika yang tidak bekerja pada manusia. Logikanya kalau ditekan, manusia bisa stress dan gila misalnya. Tapi ada juga dan mungkin banyak tipikal manusia yang kalau dia ditekan justru dia akan menjadi kreatif. Mungkin, perasaan, jiwa manusia adalah bagian yang paling sulit dibentuk dari seorang manusia. Ajaib sekali.
Cinta, merupakan komponen yang paling aneh dari semua perasaan yang manusia miliki. Cinta bisa mengubah segalanya. Cinta yang luas, mencangkup segalanya. Cinta itu pengorbanan, dan tidak ada Cinta tanpa pengorbanan. Justru kekuatan Cinta yang terbesar adalah pengorbanan. Sampek Eng Tay, Romeo and Juliet adalah gambaran betapa Cinta dapat mendorong manusia untuk melakukan hal-hal besar dalam hidup ini.
Pertanyaan selanjutnya, kepada siapakah cinta ini diberikan.
Dua minggu yang lalu cinta ini diberikan pada keluargaku di Cirebon. Idul Fitri memberikan kesempatan buatku untuk bertemu mereka. Menatap kedua orang tua, kakak dan adik dengan perasaan bahagia. Keluarga di Purwokerto, Malang, Jakarta dan semua dimana darah ini bertalian. Bahagia rasanya bisa memberikan kontribusi untuk mereka
Satu minggu yang lalu cinta ini diberikan pada teman-teman kampusku. Kubatalkan semua janji malam itu. Aku ingin bertemu mereka. Rasanya sudah lama sekali, padahal bulan puasa itu pun kami sudah bertemu. Lebih 15 orang yang hadir. dan kemarin sekali lagi kami bertemu di Pancoran. Bahagia rasanya, ini pasti Cinta karena aku berani mengorbankan segalanya untuk hadir dalam acara tersebut.
Dan hari ini cinta diberikan pada kekasihku yang sedang sakit perut. Orang yang didatangkan Tuhan dari langit untuk menemani hidupku. Dan aku yakin itu Cintaku.
Kembali tentang Cinta, Cinta memang berarti pengorbanan. Tapi Cinta selalu memberi, memberi ketenangan saat bisa berkumpul dengan teman-teman. Memberi kebahagiaan saat bisa memotivasi adik kelas dikampus. Memberi senyuman saat didoakan oleh saudara-saudara nun jauh disana. Diberikan tanggung jawab, diberikan Cinta. Duh bahagianya hidup ini dengan Cinta. Bahagianya saat bisa menjadi guru, saat menjadi murid, saat menjadi kakak dan adik, bapak dan anak dalam saat yang bersamaaan. Indahnya Cinta.
-Anjar, curi-curi waktu jam kantor-
PS: Sebenarnya tulisan ini untuk mengungkapkan perasaanku pada kekasihku, pada teman-teman kampusku, pada teman-teman sekolahku, dan semua yang selalu membuat mengerti makna Cinta. Sulit membahasakan Cinta memang…

Kisah Nyata - Pengorbanan & Kebesaran Jiwa Seorang IBU..

Kejadian ini terjadi di sebuah kota kecil di Taiwan , tahun berapaan gue udeh lupa. Dan sempat dipublikasikan lewat media cetak dan electronic.

Ada seorang pemuda bernama A be (bukan nama sebenarnya). Dia anak yg cerdas, rajin dan cukup cool. Setidaknya itu pendapat cewe2 yang kenal dia. Baru beberapa tahun lulus dari kuliah dan bekerja di sebuah perusahaan swasta, dia sudah di promosikan ke posisi manager. Gaji-nya pun lumayan.

Tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari kantor. Tipe orangnya yang humoris dan gaya hidupnya yang sederhana membuat banyak teman2 kantor senang bergaul dengan dia, terutama dari kalangan cewe2 jomblo. Bahkan putri owner perusahaan tempat ia bekerja juga menaruh perhatian khusus pada A be.

Dirumahnya ada seorang wanita tua yang tampangnya seram sekali. Sebagian kepalanya botak dan kulit kepala terlihat seperti borok yang baru mengering. Rambutnya hanya tinggal sedikit dibagian kiri dan belakang, Tergerai seadanya sebatas pundak. Mukanya juga cacat seperti luka bakar. Wanita tua ini betul2 seperti monster yang menakutkan. Ia jarang keluar rumah bahkan jarang keluar dari kamarnya kalau tidak ada keperluan penting. Wanita tua ini tidak lain adalah Ibu kandung A Be.

Walau demikian, sang Ibu selalu setia melakukan pekerjaan routine layaknya ibu rumah tangga lain yang sehat. Membereskan rumah, pekerjaan dapur, cuci-mencuci (pakai mesin cuci) dan lain-lain. Juga selalu memberikan perhatian yang besar kepada anak satu2-nya A be. Namun A be adalah seorang pemuda normal layaknya anak muda lain. Kondisi Ibunya yang cacat menyeramkan itu membuatnya cukup sulit untuk mengakuinya.

Setiap kali ada teman atau kolega business yang bertanya siapa WANITA CACAT dirumahnya, A be selalu menjawab WANITA itu adalah pembantu yang ikut Ibunya dulu sebelum meninggal. "Dia tidak punya saudara, jadi saya tampung, kasihan." jawab A be.

Hal ini sempat terdengar dan diketahui oleh sang IBU. Tentu saja IBUnya sedih skali. Tetapi ia tetap diam dan menelan ludah pahit dalam hidupnya. Ia semakin jarang keluar dari kamarnya, takut anaknya sulit untuk menjelaskan pertanyaan mengenai dirinya. Hari demi hari kemurungan sang Ibu kian parah. Suatu hari ia jatuh sakit cukup parah. Tidak kuat bangun dari ranjang. A be mulai kerepotan mngurusi rumah, menyapu, mengepel, cuci pakaian, menyiapkan segala keperluan sehari-hari yang biasanya di kerjakan oleh Ibunya. Ditambah harus menyiapkan obat-obatan buat sang Ibu sebelum dan setelah pulang kerja (di Taiwan sulit sekali cari pembantu, kalaupun ada mahal sekali).

Hal ini membuat A be jadi BT (bad temper) dan uring-uringan dirumah. Pada saat ia mencari sesuatu dan mengacak-acak lemari Ibunya, A be melihat sebuah box kecil. Didalam box hanya ada sebuah foto dan potongan koran usang. Bukan berisi perhiasan seperti dugaan A be. Foto berukuran postcard itu tampak seorang wanita cantik. Potongan koran usang memberitakan tentang Seorang WANITA berjiwa Pahlawan yang telah menyelamatkan Anaknya dari musibah kebakaran. Dengan memeluk erat Anaknya dalam dekapan, menutup dirinya dengan sprei kasur basah menerobos api yang sudah mengepung rumah. Sang WANITA...IBU MUDA menderita luka bakar cukup serius sedang anak dlm dekapannya tidak terluka sedikitpun.

Walau sudah usang, A be cukup dewasa untuk mengetahui siapa IBU MUDA cantik di dalam foto dan siapa WANITA Pahlawan yang dimaksud dalam potongan koran itu. Dia adalah Ibu kandung A be. Wanita yang sekarang terbaring sakit tak berdaya. Spontan air mata A be menetes keluar tanpa bisa di bendung. Dengan menggenggam foto dan koran usang tersebut, A be langsung bersujud disamping ranjang sang Ibu yang terbaring. Sambil menahan tangis ia meminta maaf dan memohon ampun atas dosa-dosanya selama ini. Sang Ibu-pun ikut menangis, terharu dengan ketulusan hati anaknya. " Yang sudah- nak, Ibu sudah maafkan. Jangan di ungkit lagi".

Setelah sembuh, A be bahkan berani membawa Ibunya belanja kesupermarket. Walau menjadi pusat perhatian banyak orang, A be tetap cuek bebek.Kemudian peristiwa ini menarik perhatian kuli tinta (Wartawan). Dan membawa kisah ini kedalam media cetak dan elektronik.

Untukmu mamaku

Untukmu mamaku


Siang itu pulang sekolah aku makan disamping mamaku, beliaulah yang telah melahirkan dan mengurusku dari kecil dengan penuh kasih sayang. Aku memiliki satu adik perempuan yang masih berumur kuranglebih dua tahun. Aku sendiri masih berumur 7 tahun.
Sudah tiga hari ini mamaku terbaring sakit panas tinggi, sementara papaku ada dikota lain sedang mengurus sesuatu. Karena mama sakit kami menginap dirumah nenek.

Wajah mamaku pucat dan lesu tangannya membelai rambutku.
“Sayang, jika mama nanti sudah tidak ada, jangan nakal ya, jaga adikmu ya.., jangan nakal dengan ibu tirimu” kata mamaku yang aku tidak mengerti maksudnya apa.
Hanya menunduk dan terus melanjukan makanku.
Waktu itu aku ingat mama memakai baju hangat berwarna hijau.
Tanpa ada firasat apa-apa, seperti biasa main dengan sepupu dan adikku tidak jauh dari mamaku. Keluarga ku yang lain bergantian mengurus mamaku

Sorenya papaku pulang, aku gembira sekali sudah hampir dua minggu tidak bertemu papaku. Suasana terasa hangat kami terus bercengkrama disamping pembaringan mama, adikku juga ada disana.

Tiada disangka ini adalah sore dan malam terakhir aku bersama mamaku, setelah kedatangan papa, kondisi mama membaik sebentar, namun sekitar jam 11 malam kondisi mama kristis, semua keluarga telah berkumpul, Aku dan adikku sempat diminta mama agar mendekat ke ranjang ditempat mama terbaring, cuma aku saja yang ada disana. Adikku dipisahkan kekamar sebelah tidur.
Ini lah detik detik terakhir aku melihat mamaku, Didepanku, papa, nenek paman dan keluargaku yang lain mama berpulang kerahmatulah.
Mamaku telah pergi, mamaku telah tiada. Innalilahi wa innailaii rajiun.
Allah telah menjemput mamaku disaat aku dan adikku masih kecil.
Kami semua sayang pada mama, mungkin Allah lebih sayang pada mama, Allah tidak ingin mama lama dalam penderitaan sakitnya.

Kini kehidupanku adikku berubah, hidup tanpa orang yang kami sayangi. Jika adiku bertanya tentang mama, kami menghiburnya “mama sedang bobo.. jauuuh sekali nanti juga pulang”
Lama kelamaan adikku mengerti kalau mamanya tak mungkin kembali.

Aku mulai hidup pindah pindah dari satu kota kekota lain, ikut keluarga mamku. Membuatku lebih tegar menghadapi hidup. Aku juga pernah tinggal bersama papa dan mama tiriku, disini aku baru menyadari pesan mamaku siang hari sebelum beliau meninggal. Aku harus jadi anak yang baik dan menjaga adikku satu satunya.

Mama tiriku sangat baik, Allah mengganti mamaku dengan mama yang mengajarkan banyak hal, membaca alquran sehingga sekarang membuatku hafal beberapa juz alquran, Sholat, memasak, mencuci, mengurus rumah, beternak dan bertani. Walaupun aku anak laki-laki tapi di kelas 5 SD aku sudah bisa diandalkan mama tiriku tentang masalah dapur dan rumah.
Pahit kehidupan kulalui, kadang aku harus bekerja sambil sekolah untuk membiaya hidupku. Pekerjaan ini aku bisa membantu sekolah adikku sampai tamat SMA,

Aku tumbuh remaja.
Tapi aku tidak bisa seperti remaja lain yang menghabiskan masa remajanya dengan indah.
Kehidupan keras menempaku, aku pernah tinggal didaerah terminal antarkota, tinggal didaerah pasar. Segala bentuk pergaulan kulalui, tak jarang aku harus berkelahi meghadapi anak anak lain yang akhirnya menjadi sahabat-sahabatku.

Semenjak meninggal ibuku karakterku terbentuk keras, perkelahian dan amarah menjadi kebiasaanku tak jarang papa dan nenek ku harus berurusan dengan orangtua temanku dan dokter, karena korban pukulan, ada beberapa orang yang harus dijahit pelipis dan dagunya. Namun tak jarangpula aku pulang dengan wajah biru dan lebam.

Mama.., Maafkan aku aku tidah bisa menjadi anakmu yang baik. Kehidupan ini begitu keras.

Tahun terus berlalu, keadaan telah merubahku, semakin keras hidup ini. Semakin tegar aku hadapi. Kini kujalani hiduku dengan Islami, mendekatkan diri kepada Allah, kuteruskan hafalan Qur’anku, membuat hidupkan ku lebih tenang.
Aku sadar Allah lah yang telah merencanakan kehidupan untukku, dibalik pahitnya hidupku Allah telah beri banyak kebaiikan untukku, segala keahlian dari mama tiriku, Disiplin, Jiwa persaudaraan di teman teman jalananku, dan nikmat yang lain yang tidak dapat ku hitung satu persatu.
“Maka nikmat Tuhan kamu yang manakah yang kamu dustakan ?” (QS Arrahman : 13)

Namun disetiap moment indah kekeluargaan, seperti Idul fitri, semua orang kembali kekampung halaman untuk silaturahmi dengan mama atau keluarga mereka

Sementara aku hanya tertunduk menangis disini mengenang mamaku,
Dihari ibu ini suasana hatiku kembali kacau ingat mamaku sambil memegang salah satu photo mama ketika menggendongku, istirahatlah mama… doaku selalu untuk mama,
Kehidupanku masih panjang, dan akan kuperjuangkan. Aku kan selalu jaga Adikku untuk mama.

Cerita sedih sepasang kekasih


Cerita sedih sepasang kekasih

sedih giler tu......pastikan tisu berada di sisi anda...
Tersebut al-kisah 2 insan bercinta... yg laki tu nama Razak,
yg pompuan tu nama Fatimah. Razak ni panggil fatimah ni
sebagai 'imah' je (nak kasi nampak manje le tuh). imah
ni lak panggil razak ni 'abang' je cos diorang ni dah
close, lagi pun razak ni lagi tua drpd imah 4 tahun.
Entah macam mana, diorang ni kena berpisah dlm jangka
masa 3 tahun. Razak tu kena gi UK . lama gak tuh...
Imah ni kesepian le kat Singapura.
Since dah pisah lama gak.. then imah boring dok umah sorang
...Ada lak mamat yg bernama kamarul dtg jumpa imah. mula2
imah dgn kamarul ni kawan je, kamarul ajak gi shopping, gi
makan satay, gi bowling. Entah macam mana, hati imah
ni dah terpaut lak kat kamarul nih... maka hilang la bayang2
razak drpd hati imah..

Setelah genap 3 tahun.. razak pun pulang ke singapura. Beria2 le
mamat nih nak jumpa imah. belum sempat nak call imah, razak
ternampak imah dgn kamarul tengah date kat tengah2 town.
maka berderai le jiwa raga razak.. sedih je mamat tuh...
tak lalu makan. at the same time.. imah dok jalan2...
sembang le dgn kawan2 dia.. ntah camna dia dpt tahu kamarul
tu laki org. imah pun peras..cuba nak kembali kepada razak.
Masa tu dia lom tau lagi razak ni dah balik singapura.

Razak pun memberanikan diri dia... jumpa imah. dia gi le rumah
imah. muka razak masam je.. imah tanya le apasal masam.
razak cakap.."susah lah.. aku dah tau apa yang ko buat
masa sepeninggalanku" imah terperanjat... "err bila masa
lak nih.. aku setia apa..." kata imah razak berkata...
tersedu2.. " Aku sudah tau perhubunganmu dgn dgn kamarul
..." imah terdiam... "tamat lah hubungan kita disini sahaja
..." tambah razak. Razak amik gitar kapuk yg dibeli drpd UK
tu......seraya berkata " dengarlah lagu ini..., khas untuk mu..."
razak start nyanyi sambil menatap wajah sedih imah yg sedang
menangis...

I can tell by your eyes
That you've probably been crying forever
And the stars in the sky
Don't mean nothing to you
They're a mirror
I don't wanna talk about it
How you broke my heart
If I stay here just a little bit longer
If I stay here won't you listen
To my heart, ohhh, my heart

imah terdiam... masih menangis....razak sambung...

If I stand all alone
Will the shadows hide the colours of my heart
Blue for the fears
Black for the night's fears
The stars in the sky
Don't mean nothing to you
> They're a mirror

I don't wanna talk about it
How you broke my heart
If I stay here just a little bit longer
If I stay here won't you listen
To my heart, ohhh, my heart

"suara razak terus mendayu2....

"My heart, oh my heart, this old heart........."
"I don't wanna to talk about it, how you broke my heart.
But if I stay here just a little bit longer,
if I stay here, won't you listen
to my heart, oh, my heart? My heart, oh, my heart!"

razak ulangi phrase yg sama.......imah terdiam...walaupun
air mata masih mengalir...

My heart, oh my heart, this old heart........."
"I don't wanna to talk about it, how you broke my heart.
But if I stay here just a little bit longer,
if I stay here, won't you listen to my heart, oh, my heart?
My heart, oh, my heart!"

setelah tamat lagu yang dinyanyikan oleh razak untuk imah itu...
tiba2 mulut imah berkata ... " abang, imah nak beritahu
abang sesuatu" "katakan lah duhai imah" jawap razak dengan
suara perlahan... " err...... err..." kata imah dlm keadaan
bersalah..."katakan lah .. katakan lah imah.. abang sanggup
terima..." tambah razak...perlahan2.. imah berkata

"abang..."
"sebenarnya... imah tak paham bahasa Inggeris..."

Menguak Luka dalam Satu Hari Bukan di Hari Minggu


YETTI A. KA menghadirkan realitas keperempuanan dalam empat belas cerpennya yang terkumpul dalam Satu Hari Bukan di Hari Minggu (SHBdHM [Yogyakarta: Gress Publishing, 2011]). Sebagai pengarang perempuan yang berada pada masa kini —yang seringkali berupaya mendobrak budaya patriarki— Yetti hadir dengan sekumpulan cerpennya yang tidak terjebak dalam kehidupan kosmopolitan dan berpesta merayakan tubuh dan seksualitas perempuan.

Kumpulan cerpen ini pernah dibedah di pelataran Kafe Uniang Kamek, Fakultas Sastra Universitas Andalas, Padang, 5 Januari 2011. Pembicara dalam bedah buku tersebut adalah Romi Zarman (cerpenis asal Sumatra Barat) dan Elly Delfia (cerpenis dan dosen di Fakultas Sastra Unand). Romi Zarman berpendapat bahwa cerpen-cerpen Yetti A. KA dalam kumpulan cerpen ketiganya ini berkisah tentang kehidupan yang sangat alami. Keberadaan karya Yetti yang sangat alami ini menjadi sebuah arus perlawan terhadap kehadiran para penulis perempuan yang berbincang seputar kehidupan kosmopolitan. Sementara itu, Elly Delfia dalam pemaparannya mengatakan bahwa cerpen-cerpen Yetti A. Ka adalah feminisme dalam rasa lain. Perempuan dalam cerpen Yetti bukan perempuan yang tertindas, melainkan perempuan dengan cara hidup yang sudah bebas, sudah punya pilihan, tetapi pilihan itu diambil karena tekanan ataupun kekecewaan (http://www.padangmedia.com/?mod=berita&id =65619).

Berangkat dari pemaparan Elly Delfia tentang feminisme dalam rasa lain tersebut, dapat dilihat bahwa cerpen-cerpen Yetti ini berusaha menyuarakan kehidupan perempuan dengan segala luka dan kekecewaan, serta pilihan hidup yang tidak tertawar. Perempuan-perempuan dalam (SHBdHM) tidak berusaha keras untuk keluar dari luka yang menganga tersebut. Bahkan sebagian perempuan di dalamnya seolah-olah menikmati perihnya luka itu. Hal inilah yang barangkali disebut Elly Delfia sebagai feminisme dalam rasa lain.

Feminisme sudah tidak asing lagi di telinga kita. Feminisme merupakan gerakan yang diawali oleh persepsi tentang ketimpangan posisi keperempuanan. R.A. Kartini menyebutnya dengan emansipasi. Gerakan Feminisme lahir dari sebuah ide yang di antaranya berupaya melakukan pembongkaran terhadap ideologi penindasan atas nama gender, pencarian akar ketertindasan perempuan, sampai upaya penciptaan pembebasan perempuan secara sejati. Feminisme adalah basis teori dari gerakan pembebasan perempuan.

Pada awalnya feminisme bangkit untuk membela para wanita dari ketertindasan serta menuntut penyerataan hak perempuan dan laki-laki dalam segala bidang. Tapi kemudian feminisme yang semula lahir sebagai gerakan yang seharusnya dapat meningkatkan harga diri wanita yang ingin dinilai sesuai dengan potensinya sebagai manusia tanpa harus memandang gender mulai disalahartikan. Banyak wanita yang menjadi korban salah kaprah ini. Feminisme yang terlahir sebagai cita-cita mulia para wanita pendahulu berubah menjadi kemerosotan harga diri seorang wanita. Ironisnya, wanita tersebut tidak menyadari bahwa ia telah menjatuhkan harga dirinya sendiri.

Berkaitan dengan uraian tersebut, cerpen-cerpen dalam SHBdHM menarik untuk dibaca melalui perspektif feminisme. Perspektif feminisme pada dasarnya berfokus pada keberadaan dan masalah gender perempuan dalam karya sastra dari sudut pandang perempuan. Perspektif feminisme dibutuhkan untuk mengentalkan pengalaman-pengalaman spesifik yang dialami tokoh-tokoh perempuan dalam kumpulan cerpen tersebut. Perspektif feminisme memberi tekanan pada posisi dan persepsi perempuan yang akan bisa membuka tabir tentang aktivitas atau kehidupan perempuan yang selama ini terbungkam.

Terdapat empat belas judul cerpen yang terangkum di sini, yaitu “Kisah Bambu”, “Re Hati (Kisah Bambu II)”, “Bunga Meranti (Kisah Bambu III )”, “Pelabuhan”, “Suatu Hari Bukan di Hari Minggu”, “Hujan, Pulanglah”, “Gadis Pemetik Jamur”, “Perempuan Bunga Kertas”, “Perempuan dan Mata yang Menatap”, “Lampu Taman”, “Seseorang yang Menyimpan Rahasia di sepasang Bola Mata”, “Kosong”, “Cerita Daun”, dan “Dalam Kabut, Aku”. Keempat belas cerpen ini masing-masing mengisahkan tokoh perempuan yang menyimpan luka namun memiliki kebebasan untuk memilih hidupnya, tanpa ada paksaan. Dengan bahasa yang indah dan putis, Yetti dalam kumpulan cerpennya ini tidak hadir untuk menantang budaya patriarki. Ia hanya mencoba memutar ke hadapan pembaca tentang realita kehidupan wanita, kehidupan yang lebih banyak pahitnya dibanding manisnya, kehidupan yang kerap menghadirkan luka yang berkepanjangan, namun harus dijalani meski tanpa paksaan, sebaik atau seburuk apapun itu. Seperti yang diutarakan oleh Falantino, seorang pengajar di salah satu perguruan tinggi di Ambon, dalam komentarnya tentang SHBdHM.

Kisah tentang keluarga, perempuan, rumah dan cinta ini terjalin dengan bahasa yang indah, penuh keintiman…. Membaca kumcer ini membuat saya semakin merasa pasti bahwa sebuah rumah, sebaik atau seburuknya, tetaplah tempat untuk pulang. Kumcer ini seharusnya semakin mengukuhkan Yetti sebagai penulis perempuan Indonesia yang karyanya patut dinanti. Salut! (SHBdHM, 2011).

Cerpen “Kisah Bambu” misalnya, menghadirkan tokoh “Aku” sebagai seorang perempuan yang terluka akibat kehilangan ayah dan ibunya. Saat perampokan dan pembunuhan terjadi di rumahnya, ia hanya bisa menyaksikan tubuh yang berdarah-darah. Selain itu, adiknya (Ikatri) juga kehilangan harga diri sebab diperkosa oleh para perampok. Sejak saat itu “Aku” hidup tanpa keluarga. Untuk itu ia memilih hidup untuk mempermainkan lelaki, memberi ruang untuk cinta dan kebencian sekaligus.

Berbeda dengan cerpen “Re Hati (Kisah Bambu II)”, Yetti menyuguhkan seorang tokoh perempuan yang terluka akibat ibu serta saudara-saudaranya tidak pernah menyukainya. Tanpa diketahui sebabnya, tokoh “Aku” yang menjadi perempuan yang terluka di sini mencoba untuk berontak dengan memasukkan teman lelakinya (yang dia sendiri lupa namanya) ke dalam kamar ketika berusia lima belas tahun. “Aku” seperti menemukan kebahagiaan tersendiri tatkala ibunya sangat marah, namun ia sesungguhnya juga merasa sedih. “Aku” tidak berniat sama sekali menjadi perempuan sopan kebanggaan keluarga, perempuan yang menurut pada aturan-aturan yang ada. Kemudian ia memilih hidup menjadi wanita (istri) kedua bagi seorang lelaki. Anak (Re Hati) hasil hubungan mereka pun direnggut paksa oleh si ibu dan dihasut untuk membenci ibunya sendiri yaitu “Aku”. Serupa dengan “Re Hati (Kisah Bambu II)”, cerpen “Bunga Meranti (Kisah Bambu III)” juga menghadirkan sosok perempuan bernama Meranti yang terluka akibat ibunya tidak pernah bersikap manis padanya. Sikap yang kontras ditunjukkan si ibu pada adiknya, Bunga, yang selalu dimanja. Pada cerpen ini, Meranti selalu bersikap manis pada Bunga dengan harapan ibunya pun akan menyayanginya, namun sia-sia. Meranti akhirnya memilih hidup membesarkan anak Bunga —karena Bunga meninggal saat melahirkan— hasil hubungannya dengan paman mereka atas permintaan Bunga sendiri.

Luka lain yang disuguhkan Yetti pada pembaca terdapat dalam cerpen “Pelabuhan”. Luka di sini dialami oleh seorang istri bernama Nial. Ia dikhianati Tami, suaminya yang meninggalkannya bersama anak-anak di pelabuhan saat mereka berniat meninggalkan Jakarta untuk kembali ke kampung halamannya. Saat mereka tiba di pelabuhan, Tami menyuruh istri dan anak-anaknya menunggunya di sebuah warung nasi sementara ia pergi mencari tiket. Namun Tami tidak pernah kembali. Nial berusaha mengingat-ingat penyebab suaminya meninggalkan mereka. Tami ternyata tidak pernah sungguh-sungguh ingin melupakan sejumlah perempuan dalam hidupnya dan itu kerap diutarakannya pada Nial melalui celetukan kecil di atas ranjang. Nial pun akhirnya tetap menyimpan luka menganga yang berkepanjangan dalam kehidupannya.

Wiwi, tokoh perempuan dalam “Suatu Hari Bukan di Hari Minggu” mengalami luka yang berbeda pula dengan tokoh perempuan lainnya. Gadis miskin anak seorang babu cuci ini sangat terluka saat menyaksikan pengkhianatan dan kegilaan ibunya yang berselingkuh dengan perempuan manis pemilik rumah tempat ia bekerja sebagai babu cuci. Meskipun Wiwi telah berjanji untuk menghindari rumah besar itu dan melupakan semua yang pernah ada di sana, ia tetap tidak bisa melupakan kejadian tersebut. Ia selalu teringat semua kejadian itu tiap melewati rumah besar itu.

Luka sederhana namun tetap mengiris hati dialami oleh Runi, sosok wanita dalam cerpen “Hujan, Pulanglah”. Luka ini merupakan rindu yang tak tertahankan karena ia harus berpisah untuk beberapa saat dengan suaminya. Seumur hidupnya baru kali ini ia berjauhan dengan suaminya, sebab ia harus ke Bengkulu melihat cucu-cucunya atas permintaan anaknya.

Lolanda adalah seorang gadis pemetik jamur dalam cerpen “Gadis Pemetik Jamur”. Ia mengalami luka akibat bibinya mengambil alih posisi ibunya dengan menggantikan tempat ibu yang harus pergi karena sakit yang merenggutnya. Padahal ini adalah permintaan ibunya sendiri sebelum pergi. Ia terluka akibat takut kehilangan ayahnya, sebab menurutnya hanya dirinyalah yang mampu menggantikan posisi ibunya tersebut. Untuk itu, Lolanda memilih hidup dalam kepalsuan dengan berpura-pura menjadi gadis periang, lincah, dan manis. Padahal di balik itu ia mempunyai rencana-rencana busuk untuk menyingkirkan bibi dari ayahnya.
Cerpen lain yang terdapat dalam SHBdHM ini adalah “Perempuan Bunga Kertas”. Dalam cerpen ini terdapat seorang perempuan yang hidup dalam kepalsuan untuk menyembunyikan dirinya setelah terjadi sebuah tragedi.

Perempuan Bunga Kertas. Panggil saja demikian. Meskipun, tentu saja, itu bukan nama sebenarnya. Segala sesuatu dalam diri dia memang hampir sepenuhnya palsu setelah suatu tragedi merebut seluruh hidupnya. Dalam kepalsuan itulah dia menyembunyikan diri dalam kotak teka-teki. Kepalsuan yang justru dinilai oleh banyak perempuan, sungguh genit dan menjijikkan. Sebaliknya, bagi banyak lelaki kepalsuan itu serupa rimba gelap yang tengah menanti untuk ditualangi (SHBdHM, 2011:72).

Luka yang dialami Perempuan Bunga Kertas ini berawal dari kurangnya kasih sayang seorang ibu. Ibunya tidak pernah punya waktu dan keinginan untuk mendengarkan cerita apapun dari anaknya. Sedangkan gadis itu memiliki segudang cerita dan membutuhkan seorang teman untuk berbagi. Pada saat itulah seorang lelaki yang disukainya, bekas teman sekolahnya, mengajak si gadis berkencan. Ia terjebak permainan cinta. Sehabis berkencan, lelaki itu pergi begitu saja meninggalkan dirinya. Untuk itu Perempuan Bunga Kertas pun harus mendapat hukuman dari ibunya, dikurung di kamar hukuman. Tiba-tiba terjadi kebakaran, ibunya meninggal dan ia hidup (karena diselamatkan oleh ibunya), tapi dengan cacat di wajah dan sebagian tubuhnya yang dibawa seumur hidupnya. Akhirnya ia memilih hidup terdampar dari satu ruas jalan ke ruas jalan lainnya, dari satu keramaian ke keramaian lain, bahkan dari satu lelaki ke lelaki lain dengan kedua bola matanya yang pecah.

Yetti berusaha mendobrak budaya patriarki dalam cerpennya yang berjudul “Perempuan dan Mata yang Menatap”. Dalam cerpen ini tokoh Nuna adalah seorang perempuan yang rendah hati dan tidak pernah membenci laki-laki.

Ia perempuan rendah hati, dan tidak pernah membenci laki-laki. Tapi orang-orang menatapnya dengan mata penuh sindiran, seolah ia telah melukai dada seluruh laki-laki seisi dunia; termasuk ayah, paman, tetangga-tetangga berkelamin laki-laki, suami atau bahkan ponakan-ponakannya yang sering bertandang ke rumah beberapa hari atau sampai hitungan minggu (SHBdHM, 2011:81).

Hal ini terjadi sebab Nuna dianggap tidak menghargai kehidupan. Padahal ia hanya seorang perempuan yang tidak ingin berada di tempat paling belakang, yaitu sumur dan dapur. Pemberontakan yang dilakukan Nuna ternyata selalu menghantuinya. Ia serasa dikejar-kejar oleh berpasang-pasang mata sebab Nuna dianggap telah membunuh harga diri laki-laki.

Cerita tentang seorang perempuan kesepian terdapat pada cerpen “Lampu Taman”. Hara, nama perempuan kesepian itu, sejak lama telah memilih hidup sendiri. Yetti mencipta Hara sebagai perempuan yang haus akan kasih sayang seorang ayah, membutuhkan perlindungan dari seorang ayah, serta rindu kelakar dan canda tawa dari seorang ayah. Ayahnya telah meninggalkan ia dan ibunya sejak ia dilahirkan ke dunia, bahkan ayahnya hanya sempat membisikkan nama untuknya di telinga ibunya sebelum ia menghilang untuk selamanya. Ia dituduh PKI dan dimasukkan ke dalam tahanan. Namun kemudian dilepaskan berkat pertolongan seorang teman. Tapi ia tidak berani kembali dan memilih pergi ke Bengkulu, kemudian ke pulau Jawa. Ia lalu menikah lagi dengan perempuan Sunda dan memiliki seorang anak laki-laki lima tahun lebih muda dari Hara.

Hara terluka karena ayahnya tidak ada saat ia sangat membutuhkannya, di mana ia sudah tidak bisa lagi menangis bila berhadapan dengan anak-anak yang selalu mengejeknya anak PKI. Akhirnya Hara tumbuh menjadi perempuan yang begitu penakut sepanjang hidupnya. Ia merasa terancam setiap saat. Sementara sosok ibu terlihat tegar meskipun sebenarnya ia sangat terluka, sebab suaminya telah mengkhianatinya dengan menikahi wanita lain dan menyaksikan anaknya yang tumbuh dengan memendam perasaan rindu bersama ayah.

SHBdHM mengusung kehidupan perempuan dengan segala luka yang tak berkesudahan. Hal ini suatu kehidupan yang sebenarnya tidak mudah untuk diarungi. SHBdHM ini terlepas dari kehidupan kosmopolitan yang biasanya sangat mempengaruhi penulis perempuan saat ini. Yetti berusaha memotret masalah-masalah yang kerap terabaikan oleh hiruk-pikuk kehidupan kota. Perempuan-perempuan dalam kumpulan cerpen ini sesungguhnya merasa terikat oleh budaya patriarki, namun dengan segala kebebasan yang mereka miliki, mereka tetap memilih menjadi perempuan dalam lingkaran patriarki tersebut, meskipun dengan membawa luka yang tiada pernah usai. Luka bisa sembuh jika diobati, tapi tetap berbekas. Betapa jeleknya suatu bekas. Warna hitam, cokelat, atau kemerahan yang mengganggu. Umumnya perempuan benci bekas luka. Secara pasti dapat mengurangi kecantikan, membuat seseorang tidak percaya diri (SHBdHM, 2011:98).

MOTIVASI HIDUP


NAMA  : INDRA JAYA
NIM      : 10018067
KELAS: B
MOTIVASI HIDUP
Untuk mencapai sebuah tujuan, seseorang dituntut untuk berkomitmen. Menahan diri, tetap fokus pada satu hal dan bertekun dalam melakukan sesuatu adalah bagian dari komitmen. Namun sampai kapan ini semua harus dilakukan? Sampai tujuan kita tercapai? Cerita berikut ini akan menjawabnya untukmu. Seorang lelaki tua tinggal di pinggir sebuah kota. Setiap pagi, lelaki ini akan bangun sangat pagi, lalu naik kereta bawah tanah menuju ke pusat kota. Di sana dia akan duduk di pojok jalan dan mengemis. Dia melakukan ini setiap hari selama hidupnya, dan itu telah berlangsung selama hampir 20 tahun. Tunggu dulu, dia bukan pengemis gadungan yang marak di negeri kita, yang pura-pura mengemis hanya karena malas. Ini terbukti dari rumahnya yang kumuh dan berbau sangat tidak enak hingga mengganggu tetangga-tetangganya. Suatu hari, para tetangga tidak tahan lagi dengan bau yang mengganggu ini dan melaporkan rumah pengemis itu ke polisi. Petugas yang berwenang mengetuk pintu rumah pengemis tersebut dan kemudian melakukan pembersihan rumah untuk menghilangkan bau yang tidak enak tersebut. Dalam pembersihan itu, mereka menemukan kantong-kantong kecil di pojok-pojok rumah berisi uang yang nampaknya dia kumpulkan sepanjang tahun-tahun mengemis. Polisi mengumpulkan kantong-kantong uang itu dan menghitung jumlah uangnya. Segera mereka menyadari bahwa lelaki tua pengemis itu telah menjadi miliarder. Mereka kemudian menunggu lelaki tua itu pulang untuk memberitahukan kabar gembira ini. Ketika dia pulang, petugas polisi langsung memberitahu bahwa lelaki itu tidak perlu lagi mengemis karena dia sekarang telah menjadi orang kaya. Namun apa yang terjadi, dengan datar lelaki tua itu melewati para petugas, masuk ke rumah dan mengunci pintu. Besoknya dia kembali mengemis seperti biasanya. Komitmen seharusnya timbul karena kamu menyukainya, karena kamu memiliki semangat dan gairah di bidang tersebut sehingga menjalankan komitmen itu tidak akan ada habis-habisnya. Orang lain bisa berkomentar apa pun tentang komitmen yang kamu miliki, namun yang terpenting adalah kamu tidak bermasalah dengan komitmen tersebut. Jadi, jangan ragu untuk berkomitmen pada bidang yang kamu senangi.

MOTIVASI HIDUP  2
Salah satu motivasi hidup adalah bekerja, Seekor ayam berkokok pagi-pagi benar, kemudian keluar kandang dan mengepak-ngepakan sayapnya, yang jantan berkokok keras, menyambut sang surya yang tersenyum di ufuk timur. Mereka pergi pagi dan pulang menjelang malam dengan gelembung tembolok dileher yang sudah penuh dengan makanan. kemudian beristirahat sampai menjelang pagi dan kembali berkokok, mengepakan sayap, menyiapkan cakar-cakar untuk mengorek makanan di tanah dan rerumputan. Itulah kelebihan seekor ayam tanpa beban bekerja mencari makan. Sama halnya manusia , walau kadang bangun telat dengan si Ayam?, alangkah baiknya bila kita bekerja seperti ayam artinya bekerja tanpa beban, bedanya Ayam mencari makan untuk hari itu saja sedangkan manusia tidak untuk hidup hari ini saja, melainkan untuk esok hari,takala tua,menyekolahkan anak,membesarkan anak,mengantarkan anak sampai bisa mandiri dan lain-lain. Intinya bahwa banyak kepentingan atau keperluan manusia hidup,baik bagi diri sendiri maupun keturunan nanti. Manusia diberi kelebihan LUAR BIASA!, di pundaknya sebagai kholifah dibumi diserahkan, diberikan tanggung jawab lebih untuk itu berikut ini tahapan-tahapan manusia hidup,antara lain: 1. Masa Anak-anak , adalah usia bermain-main 2. Remaja, adalah usia belajar untuk bisa hidup 3. Dewasa, adalah usia meraih posisi dalam hidup 4. Setengah Tua, adalah usia mengisi sepanjang hidup 5. Tua, adalah usia mengisi tujuan hidup, mempersiapkan hidup selanjutnya. Jangan sia-siakan waktu, karena waktu terus meninggalkan kita.Andaikan waktu bisa diputar balik atau seperti film-film holywood yang mengisahkan orang kembali kemasa lalu atau menuju masa depan puluhan tahun dari sekarang,rasanya secara fisik mustahil, namun pandangan dan pemikiran bisa menuju masa lalu dan masa depan. Tetap semangat! berlomba dengan waktu, penuhi mativasi hidup dengan amalkan ilmu , salah satunya dengan “Bekerja”. Renungan diatas adalah memberi motivasi adik-adik yang baru lulus sekolah dan baru bekerja, mereka sangat labil, bahkan dengan seribu alasan tidak mau bekerja karena gaji kecil, karen bosan dan tidak menarik, karena…..berbagai macam alasan. Mereka tidak sadar bahwa waktu terus berlanjut…semakin hari semakin tua… Banyak diantaranya kawula muda yang berprestasi Luar Biasa, yang bisa dijadikan suri tauladan untuk memacu adrenalin untuk bisa di jadikan contoh berprestasi. Tetap semangat! Selagi matahari bersinar, masih ada hari esok, masih ada kesuksesan bisa diraih, kegagalan adalah "enjoy" yang tertunda, cepat bangkit!. Berdoa dan berusaha dan ubah pikiran anda untuk bermindset sukses.


Diberdayakan oleh Blogger.

waktu